Abstract


Data pelecehan seksual siber di perguruan tinggi semakin meningkat seiring dengan kesadaran dan keberanian para korban dan masyarakat untuk “bersuara” terkait kasus-kasus kekerasan seksual, termasuk kasus cybersexsual. Kasus kekerasan cybersexsual bisa berdampak terhadap kondisi kesehatan mental korban. Peran keberfungsian keluarga menjadi penting dalam membantu meminimalisir kondisi kesehatan mental korban kekerasan cybersexsual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kekerasan cybersexsual dan keberfungsian keluarga terhadap kesehatan mental korban kekerasan cybersexual di perguruan Tinggi. Responden dalam penelitian ini adalah civitas akademika perguruan tinggi “X” yang mengalami kekerasan cybersexsual berjumlah 41 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi ganda Penelitian ini telah melalui uji etika penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kekerasan cyberseksual yang dialami maka kondisi kesehatan mentalnya akan semakin rendah. Selain itu, didapatkan bahwa semakin tinggi keberfungsian keluarga maka akan semakin tinggi kesehatan mentalnya. Kontribusi variabel kekerasan cybersexual dan keberfungsian keluarga terhadap kesehatan mental sebesar 48,2%. Oleh karena itu, perlunya perhatian dan dukungan dari pemerintah dan perguruan tinggi dalam mengantisipasi meluasnya kekerasan cybersexsual dengan tindakan preventif, promotif maupin kuratif. Selain itu, peran keberfungsian keluarga untuk memulihkan kesehatan mental korban menjadi sangat penting.

Keywords


Kekerasan cybersexual, Keberfungsian keluarga, Kesehatan mental, Pendidikan tinggi